Fikroh.com – Dalam hadits-hadits Nabawi disebutkan mengenai tha’un yang kemudian pernah mewabah pada zaman para sahabat radhiyallahu anhum. Shahabi jalîl Abu Musa radhiyallahu anhu pernah bercerita :
….إنِّي كنتُ معَ أبي عبيدَةَ بنِ الجراحِ بالشامِ عامَ طاعونِ عَمْواسَ ، فلمَّا اشتَعَل الوجعُ وبلغَ ذلكَ عمرَ ، كتبَ إلى أبِي عبيدَةَ يسْتَخْرِجُهُ منهُ …. فعرفَ أبو عبيدةَ أنَّهُ إنَّما أرادَ أن يستَخْرِجَهُ من الوبَاءِ …. فلمَّا قرَأَ عمرُ الكتَابَ بَكَى….
“aku bersama dengan Abu Ubaidah al-Jarâh di Syam pada waktu terjadinya THA’UN Amwâs, maka tatkala sudah mencapai puncaknya, hal ini sampai juga kepada Umar radhiyallahu anhu, maka beliau menulis surat kepada Abu Ubaidah agar segera keluar darinya….Abu Ubaidah tahu bahwa Umar ingin agar beliau bisa terbebas dari WABAH (kemudian beliau menulis balasan surat kepada Umar yang intinya tidak mau keluar dari Syam, menunggu ketetapan Allah untuknya), maka ketika Umar membaca surat tersebut, beliau pun menangis….”.
(Kisah ini dibawakan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitabnya “Badzl al-Ma’ûn” (via durar as-Saniyyah), lalu Al-Hafizh mengomentari sanadnya :
في إسناده من لا يعرف لكن جاء من وجه آخر عن أبي موسى لا بأس به
“Didalam sanadnya ada perawi yang tidak dikenal, namun telah datang dari jalan lain dari Abu Musa dengan sanad laa ba’saa bih.”).
Terkait dengan virus Covid-19 yang sekarang menjadi wabah di seluruh dunia, maka apakah hal ini bisa disamakan dengan wabah tha’ûn yang telah datang nash-nash yang sharih tentangnya ataukah nash-nash itu hanya khusus kepada tha’ûn saja? atau dengan bahasa lain, apakah setiap wabah itu adalah tha’ûn ataukah tha’ûn itu hanya salah satu jenis dari wabah?
Terkait dengan pembicaraan yang terakhir maka para ulama kita terdahulu telah membahasnya dan mereka terbagi menjadi dua mazhab sebagai berikut:
1. Mazhab pertama mengatakan, “bahwa setiap wabah adalah tha’ûn”. Pendapat ini disampaikan oleh al-Imam al-Khalîl bin Ahmad al-Farâhîdiy (100 – 170 H) -salah seorang Aimah yang pakar dalam bahasa arab-, juga dipegangi oleh al-Imam Ibnu Abdil Barr -dari kalangan mazhab Malikiyyah- serta pendapatnya al-Imam Ibnul Atsîr rahimahumullah.
Diantara dalil mereka adalah :
- Tha’ûn itu menyebabkan kematian masal yang masif daripada hari-hari biasanya, begitu juga dengan wabah.
- Perkataan ulama bahasa bahwa wabah itu adalah tha’ûn, sebagaimana yang disampaikan oleh al-Imam al-Khalîl rahimahullah.
2. Mazhab yang kedua mengatakan bahwa tha’ûn itu salah satu jenis dari wabah atau dengan kalimat lain, tidak setiap wabah itu disebut dengan tha’ûn. Sedangkan tha’ûn itu sendiri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menjelaskan gejalanya. Suatu hari Beliau bersabda :
لا تَفْنَى أُمَّتي إِلَّا بِالطَّعْنِ والطَّاعُونِ
“Umatku tidak akan sirna, kecuali dengan tha’n dan thâ’ûn.”
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu anhâ yang mendengarnya pun bertanya kepada Beliau :
قُلْتُ : يارسولَ اللهِ ! هذا الطَّعْنُ قد عَرَفْناهُ فما الطَّاعُونُ ؟ قال : غُدَّةٌ كَغُدَّةِ البَعِيرِ
“Wahai Rasulullah, kalau tha’n (tusukan pedang), kami sudah mengetahuinya, lalu apa itu tha’ûn?”.
Beliau pun menjawab : “Benjolan yang muncul seperti yang dialami oleh unta.” (HR. Ahmad, dikatakan hasan lighoirihi oleh al-Albani).
Dalam lafazh lain dari riwayat Musnad Ahmad juga :
غُدَّةٌ كَغُدَّةِ البَعيرِ يَخرُجُ في المَرَاقِّ والإبْطِ
“Benjolan yang muncul seperti yang dialami oleh unta, yang keluar di bagian belakang telinga dan ketiak.” (Dinilai hasan oleh Syu’aib Arnauth).
Pendapat yang kedua ini diusung oleh al-Qadhi ‘Iyâdh, Ibnu Hajar, Nawawi, Ibnul Qayyim dan selainnya rahimahumullah. Diantara dalil mereka adalah :
Penyakit tha’ûn itu disebabkan oleh tusukan jin, sebagaimana dalam hadits :
الطاعونُ وخْزُ أعدائِكمْ من الجِنِّ
“Tha’ûn adalah tusukan musuh kalian dari bangsa Jin.” (HR. Ahmad dan selainnya, dishahihkan oleh al-Albani).
Berdasarkan hal ini, maka penyakit lain yang mewabah, seperti Corona, maka penyebabnya adalah karena virus Covid-19, sehingga tentunya berbeda dengan tha’ûn.
Tha’ûn tidak memasuki Madinah, sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Shahihain, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
عَلَى أَنْقَابِ الْمَدِينَةِ مَلَائِكَةٌ لَا يَدْخُلُهَا الطَّاعُونُ وَلَا الدَّجَّال
ُ“Di setiap pintu masuk Madinah terdapat malaikat yang tidak dapat dimasuki Tha’un dan Dajjal.”
Adapun wabah, maka dalam kilasan sejarah pernah menghampiri Madinah, bahkan itu sering, sebagaimana disampaikan oleh Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu anhâ:
وقَدِمْنَا المَدِينَةَ وهي أوْبَأُ أرْضِ اللَّهِ
“Kami mendatangi Madinah dan itu adalah bumi Allah yang sering sekali tertimpa wabah.” (HR. Bukhari).
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Abi Aswad, dia berkata :
أَتَيْتُ الْمَدِينَةَ وَقَدْ وَقَعَ بِهَا مَرَضٌ ، وَهُمْ يَمُوتُونَ مَوْتًا ذَرِيعًا ، فَجَلَسْتُ إِلَى عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ … إلخ
“Aku mendatangi Madinah saat itu di sana sedang terserang wabah penyakit. Mereka meninggal sangat cepat. Lalu aku duduk di sisi Umar Radhiallahu anhu…. .”
Kita ketahui bersama bahwa kota Madinah pada saat ini, terjangkiti juga virus Covid-19.
Lokasi yang diserang oleh penyakit Tha’ûn pada anggota tubuh ini adalah khusus pada bagian tubuh sebagaimana yang disinggung dalam hadits yang sudah kami bawakan diatas dan dirangkum dengan baik oleh Syaikhul Islam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya yang berjudul Ath-Thibb an-Nabawi (via republika online), bahwa tha’ûn adalah pembengkakan parah yang mematikan, menimbulkan rasa haus dan dahaga yang amat parah dan rasa sakit yang luar biasa. Tubuhnya menjadi hitam, hijau, atau abu-abu.
Selanjutnya, nanah akan muncul. Biasanya, thaun menyerang tiga lokasi di tubuh, yaitu ketiak, bagian belakang telinga, dan ujung hidung. Di samping itu, thaun terdapat di bagian daging tubuh yang lunak.
Adapun wabah atau dalam hal ini virus corona, serangannya terjadi pada bagian anggota tubuh yang berbeda dengan tha’ûn, yaitu covid-19 menyerang sepanjang saluran pernapasan mulai dari rongga hidung, mulut, langsung ke paru-paru sampai ke gelembung-gelembung akhir paru. (Sumber Kemenkes RI).
Kesimpulannya, yang rajih adalah apa yang disampaikan oleh mazhab yang kedua bahwa tidak semua wabah adalah tha’ûn, atau kaitannya dengan pembahasan kita WABAH CORONA yang sekarang sedang melanda BUKA
NLAH THA’ÛN yang Nabi shallallahu alaihi wa sallam berbicara khusus tentangnya.
Sehingga konsekuensinya adalah kekhususan tha’ûn ini dibandingkan wabah lainnya, itu ada yang tidak boleh campur tangan akal didalamnya, seperti yang datang dalam hadits bahwa kaum Muslimin yang wafat karena tha’ûn adalah mati syahid, kemudian hal tersebut sebagai rahmat baginya dan mendapatkan keberkahan doa Nabi atasnya. Oleh karenanya, tidak boleh kita katakan orang yang wafat karena malaria, kolera ataupun akibat covid matinya sebagai mati syahid dan yang semisalnya yang sandarannya adalah wahyu, tidak bisa dengan qiyas akal semata.
Adapun yang terkait dengan peluang akal masuk padanya, seperti penanganan wabah dengan isolasi atau social distancing, maka jika ada kesamaan penanganan yang diterapkan pada tha’ûn, ini bisa diberlakukan juga pada wabah penyakit lainnya, seperti Corona saat ini.
Namun jika diasumsikan mengacu kepada mazhab yang pertama, maka kekhususan-kekhususan tha’ûn yang datang dalam hadits juga berlaku pada penyakit yang berstatus wabah. Wallahu A’lam.
(Mengambil faedah dari makalah DR. Muhammad asy-Syinqithi, associate professor di universitas elektronik Saudi Arabia).
Penulis (Abu Sa’id) pernah bertanya kepada Syaikhunâ Sulthan al-Āmiriy hafizhahullah terkait pembahasan ini dan beliau memberikan jawaban bahwa wabah Corona bukanlah Tha’ûn, dengan sebagian alasan yang sudah kami sampaikan diatas.
Oleh: Abu Sa’id Neno Triyono