Fikroh.com – Sebagaimana kita ketahui bahwa beberapa amalan-amalan sunnah atau amalan kebaikan secara umum dapat menjadi kafarah penghapus atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Seperti dalam hadits tentang keutamaan puasa Arafah dan puasa asy-Syuraa` yang disebutkan Dari Abu Qotadah Al Anshoriy, beliau berkata :
ﻭَﺳُﺌِﻞَ ﻋَﻦْ ﺻَﻮْﻡِ ﻳَﻮْﻡِ ﻋَﺮَﻓَﺔَ ﻓَﻘَﺎﻝَ « ﻳُﻜَﻔِّﺮُ ﺍﻟﺴَّﻨَﺔَ ﺍﻟْﻤَﺎﺿِﻴَﺔَ ﻭَﺍﻟْﺒَﺎﻗِﻴَﺔَ » . ﻗَﺎﻝَ ﻭَﺳُﺌِﻞَ ﻋَﻦْ ﺻَﻮْﻡِ ﻳَﻮْﻡِ ﻋَﺎﺷُﻮﺭَﺍﺀَ ﻓَﻘَﺎﻝَ « ﻳُﻜَﻔِّﺮُ ﺍﻟﺴَّﻨَﺔَ ﺍﻟْﻤَﺎﺿِﻴَﺔَ
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162).
Mayoritas ulama mentaqyid keumuman penghapus dosa yang dimaksud adalah dosa kecil, sebagaimana dalam hadits :
ﺍﻟﺼَّﻠَﻮَﺍﺕُ ﺍﻟْﺨَﻤْﺲُ، ﻭَﺍﻟْﺠُﻤْﻌَﺔُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺠُﻤْﻌَﺔِ، ﻭَﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ، ﻣُﻜَﻔِّﺮَﺍﺕٌ ﻣَﺎ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻦَّ ﺇِﺫَﺍ ﺍﺟْﺘَﻨَﺐَ ﺍﻟْﻜَﺒَﺎﺋِﺮَ
“Sholat lima waktu, sholat Jum’at ke sholat Jum’at berikutnya dan puasa Ramadhan ke puasa Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa diantara waktu-waktu tersebut, ketika dosa-dosa besar dijauhi” (HR. Muslim (no. 16-233).
Penjelasannya adalah amalan-amalan kebajikan yang wajib yang disebutkan dalam hadits diatas, seperti sholat lima waktu, sholat Jum’at dan puasa ramadhan saja hanya menghapus dosa-dosa yang kecil, maka bagaimana lagi dengan amalan-amalan yang derajatnya dibawah itu, seperti amalan-amalan sunnah.
Al-Imam Ibnu Abdil Barr membantah pendapat yang mengatakan bahwa dosa besar juga dapat dihapus dengan amalan puasa diatas, yang mana pendapat ini menyelisihi jumhur ulama, karena didalam Al Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’alaa berfirman :
ﻳَﺎ ﺃَﻳﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬﻳﻦ ﺁﻣﻨُﻮﺍ ﺗُﻮﺑُﻮﺍ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗَﻮْﺑَﺔ ﻧﺼُﻮﺣًﺎ
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At-Tahriim : 8).
Seandainya amal kebajikan sebagaimana yang disebutkan diatas otomatis menghapus dosa besar, maka perintah untuk bertaubat tidak dibutuhkan lagi dan ini tentu tidak mungkin, mengingat dalam banyak ayat-Nya, Rabbunaa memerintahkan para hamba-Nya, segera bertaubat dengan taubat yang sebenar-benarnya.
Sekalipun bisa saja Allah Ta’aalaa dengan ampunan-Nya yang sangat luas dapat memberikan pengampunan-Nya atas dosa besar, selain syirik yang belum sempat ditaubati oleh para Hamba-Nya, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim :
ﺃَﻥَّ ﻋُﺒَﺎﺩَﺓَ ﺑْﻦَ ﺍﻟﺼَّﺎﻣِﺖِ – ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ – ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺷَﻬِﺪَ ﺑَﺪْﺭًﺍ ، ﻭَﻫُﻮَ ﺃَﺣَﺪُ ﺍﻟﻨُّﻘَﺒَﺎﺀِ ﻟَﻴْﻠَﺔَ ﺍﻟْﻌَﻘَﺒَﺔِ – ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻗَﺎﻝَ ﻭَﺣَﻮْﻟَﻪُ ﻋِﺼَﺎﺑَﺔٌ ﻣِﻦْ ﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻪِ « ﺑَﺎﻳِﻌُﻮﻧِﻰ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺗُﺸْﺮِﻛُﻮﺍ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﺷَﻴْﺌًﺎ ، ﻭَﻻَ ﺗَﺴْﺮِﻗُﻮﺍ ، ﻭَﻻَ ﺗَﺰْﻧُﻮﺍ ، ﻭَﻻَ ﺗَﻘْﺘُﻠُﻮﺍ ﺃَﻭْﻻَﺩَﻛُﻢْ ، ﻭَﻻَ ﺗَﺄْﺗُﻮﺍ ﺑِﺒُﻬْﺘَﺎﻥٍ ﺗَﻔْﺘَﺮُﻭﻧَﻪُ ﺑَﻴْﻦَ ﺃَﻳْﺪِﻳﻜُﻢْ ﻭَﺃَﺭْﺟُﻠِﻜُﻢْ ، ﻭَﻻَ ﺗَﻌْﺼُﻮﺍ ﻓِﻰ ﻣَﻌْﺮُﻭﻑٍ ، ﻓَﻤَﻦْ ﻭَﻓَﻰ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻓَﺄَﺟْﺮُﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ، ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺻَﺎﺏَ ﻣِﻦْ ﺫَﻟِﻚَ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻓَﻌُﻮﻗِﺐَ ﻓِﻰ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻓَﻬُﻮَ ﻛَﻔَّﺎﺭَﺓٌ ﻟَﻪُ ، ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺻَﺎﺏَ ﻣِﻦْ ﺫَﻟِﻚَ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺛُﻢَّ ﺳَﺘَﺮَﻩُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ، ﻓَﻬُﻮَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥْ ﺷَﺎﺀَ ﻋَﻔَﺎ ﻋَﻨْﻪُ ، ﻭَﺇِﻥْ ﺷَﺎﺀَ ﻋَﺎﻗَﺒَﻪُ » . ﻓَﺒَﺎﻳَﻌْﻨَﺎﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﺫَﻟِﻚَ .
“‘Ubaadah ibnus Shoomit Rodhiyallohu ‘Anhu –beliau salah satu veteran perang Badar dan salah satu pemimpin kaumnya pada waktu Baiat Aqobah- berkata: bahwa Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dan disekitar beliau ditemani oleh para sahabatnya: “Berbaiatlah kepadaku untuk tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatupun, tidak boleh mencuri, tidak boleh berzina, tidak boleh membunuh anak kalian, tidak boleh berbuat dusta yang dilakukan oleh tangan dan kaki kalian dan tidak boleh bermaksiat dalam perkara yang ma’ruf (baik). Barangsiapa yang menunaikan hal tersebut, maka Allah akan memberinya pahala dan barangsiapa yang melanggarnya akan dihukum di dunia dan itu sebagai kafarah (penebus dosa) baginya, sedangkan barangsiapa yang melanggarnya, namun Allah menutupi kesalahannya (di dunia), maka balasan (di akhirat) terserah Allah. Jika Allah berkehendak akan mengampuninya dan jika berkehendak, Allah akan mengadzabnya. Lalu kami pun berbait kepada Beliau Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam.”
Dan tidak jauh juga untuk dikatakan bahwa amalan-amalan sunnah dapat meringankan dosa-dosa besar sebagaimana ini dipilih oleh sebagian ulama. Hal ini diisyaratkan oleh hadits tentang sholat :
ﻭَﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ – ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪُ – ، ﻗَﺎﻝَ : ﻗﺎَﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ – ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ – : ﺇﻥَّ ﺃَﻭَّﻝَ ﻣَﺎ ﻳُﺤَﺎﺳَﺐُ ﺑِﻪِ ﺍﻟﻌَﺒْﺪُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻣِﻦْ ﻋَﻤَﻠِﻪِ ﺻَﻼَﺗُﻪُ ، ﻓَﺈﻥْ ﺻَﻠُﺤَﺖْ ، ﻓَﻘَﺪْ ﺃﻓْﻠَﺢَ ﻭﺃَﻧْﺠَﺢَ ، ﻭَﺇﻥْ ﻓَﺴَﺪَﺕْ ، ﻓَﻘَﺪْ ﺧَﺎﺏَ ﻭَﺧَﺴِﺮَ ، ﻓَﺈِﻥِ ﺍﻧْﺘَﻘَﺺَ ﻣِﻦْ ﻓَﺮِﻳﻀَﺘِﻪِ ﺷَﻲْﺀٌ ، ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﺮَّﺏُ – ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ – : ﺍُﻧْﻈُﺮُﻭﺍ ﻫَﻞْ ﻟِﻌَﺒْﺪِﻱ ﻣِﻦْ ﺗَﻄَﻮُّﻉٍ ، ﻓَﻴُﻜَﻤَّﻞُ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺍﻧْﺘَﻘَﺺَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻔَﺮِﻳﻀَﺔِ ؟ ﺛُﻢَّ ﺗَﻜُﻮﻥُ ﺳَﺎﺋِﺮُ ﺃﻋْﻤَﺎﻟِﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﻫَﺬَﺍ
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu be
rkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya .” (HR. Ashabus Sunnan, ini riwayat Tirmidzi, dishahihkan oleh al-albani). Wallahu A’lam.
Demikian penjelasan mengenai jenis dosa yang diampuni dengan puasa sunnah ‘arafah, ‘asyura dan yang semisalnya. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, baik dosa kecil maupun yang besar.
Baca juga: Orang yang puasa Arafah tidak akan mati setahun kedepan
Oleh: Abu Sa’id Neno Triyono