Karena Miftah Setitik, Rusak Miftah Sebelanga

Karena Miftah Setitik, Rusak Miftah Sebelanga

Allah memiliki banyak cara untuk mendekatkan umat kepada sumber ilmu.

Peristiwa salah baca teks Arab dalam “press” klarifikasi atas “pidato kebangsaan” oleh seorang da’i di gereja yang sempat heboh akhir-akhir ini membuat umat jadi penasaran dengan buku referensi berbahasa Arab yang cukup fenomenal.

Nggak tanggung-tanggung memang, kitab yang disebutkan oleh da’i dengan gelar panggung “Gus” yang ternyata gelarnya masih diragukan oleh KH Najih Maimoen ini adalah kitab kontemporer yang sangat tebal.

45 jilid!

Judul buku itu “Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah” (الموسوعة الففهية الكويتية)

Buku setebal itu hanya memuat konten hukum-hukum fikih saja. Disusun dengan metode ensiklopedia yang dimulai dari huruf Alif hingga huruf Ya’.

Misal mau cari pembahasan tentang ta’addud, tinggal cari aja urutan huruf ت – ع – د – د. Semua penjelasan terkait istilah ta’addud ada di situ.

Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwatiyyah ini merupakan project ilmiah yang cukup besar oleh kementerian wakaf Kuwait (Wizarah al-Auqaf al-Kuwaitiyyah).

Project penyusunan buku ini melibatkan banyak ulama dari empat Mazhab. 

Mungkin Anda belum tahu, salah satu penyusun buku ensiklopedi fikih empat Mazhab ini sekarang tinggal di Indonesia, lho.

Beliau adalah Syaikh DR. Muhammad Hasan Hitou, seorang pakar Ushul Fikih mazhab Syafi’i.

Keberadaan buku ensiklopedi fikih terlengkap ini sangat membantu para peneliti, penulis, ustadz, dan da’i.

Apalagi sejak keluar versi digitalnya, buku ini sangat memudahkan dalam penelusuran awal pembahasan fikih sebelum eksplorasi lebih mendalam pada kitab fikih induk.

Versi digital yang dikemas bersama ribuan kitab Arab lainnya dalam bentuk software al-Maktabah asy-Syamilah ini dapat didownload di sini:

https://www.dakwah.id/gratis-download-maktabah-syamilah-terbaru-update-oktober-2020/

FREE. Lengkap dengan tutorial instalasi dan penggunaannya.

Satu hal yang membuat jagat maya heboh dengan klarifikasi singkat ala-ala itu adalah kekeliruannya dalam membaca teks Arab.

يَرَى الْحَنَفِيَّةُ أَنَّهُ يُكْرَهُ لِلْمُسْلِمِ ‌دُخُول ‌الْبِيعَةِ وَالْكَنِيسَةِ،

Sudah agak bergengsi dia membawa referensi induk ini. Pada kata دخول, teks yang jadi “contekan” di HP sepertinya sama dengan yang ada di Maktabah Syamilah: huruf ل-nya tidak berharakat. Jadi, akhirnya ya harus putar ingatan dikit soal ilmu nahwunya.

Apesnya, dai yang pernah menuntun syahadat Om Ded ini keliru baca. Kata yang mestinya dibaca “dukhulu” malah dibaca “dukhuli.”

Sudah gitu, ketika mengucapkan kata berikutnya: wal kaniisati, ikut keliru juga dibaca: wal kanasiyah.

Atas kekeliruan ini, tentu ketenarannya sebagai da’i millenial yang hobi blusukan di kafe, diskotik, dan gereja ini jadi pertaruhan. Nggak keren kan, gelarnya “Gus” tapi baca Arabnya keliru. Jelas malu, mestinya.

Mungkin karena telah menyadari kekeliruannya, video klarifikasi itu sudah tidak ada lagi di akun IG resminya. Tapi ya mau gimana lagi, namanya juga netizen, video itu sudah terlanjur diunduh dan diunggah ulang di banyak akun. Dalam kaidah jagat maya, “jejak digital itu jahad.”

Teman sekaligus guru saya yang kebetulan memiliki kesamaan satu kata pada namanya sampai nyetatus begini, “Karena Miftah setitik rusak Miftah sebelanga.”

Tanggapan KH Najih Maimoen atas peristiwa  pidato “Gus” di gereja ini dapat disimak di sini: https://youtu.be/GI_U4d4DJkY

About semar galieh

Check Also

Bolehkah Mengakikahi Diri Sendiri Setelah Dewasa?

Fikroh.com – Sebelumnya perlu untuk diketahui, bahwa akikah hukumnya sunah muakadah (sunah yang ditekankan), bukan …