Penerus Moghul yang Malang

Penerus Moghul yang Malang

Fikroh.com – Humayun adalah anak pendiri Dinasti Moghul, Zahiruddin Muhammed Babur (1483-1530), setelah berhasil mengakhiri kekuasaan dinasti Muhammad Ghori di bawah Ibrahim Lodi di Delhi dalam Perang Panipat (1526).

Pada 1530, anaknya, Humayun jatuh sakit. Pengobatan terbaik tidak mampu menyembuhkannya. Semua harapan hilang. Babur memohon kepada Allah agar menyelamatkan nyawa anaknya dengan ganti jiwanya. 

Setelah doanya, Babur mengelilingi anaknya yang terbaring di ranjang 7 kali, dan dalam setiap putaran melantunkan doa yang sama. Tidak lama, dia meninggal dan anaknya sembuh. 

Sejak itu, Humayun menjadi penguasa Hindustan dalam usia 22 tahun. Namun sialnya, kekuasaannya direbut oleh Sher Shah Suri setelah kalah dalam Pertempuran Chausa pada 1539. Dia mencoba merebut kembali kekuasaannya melalui Pertempuran Kannauj pada 1544, namun kembali berhasil dikalahkan. 

Humayun melarikan diri dan mengembara di Gurun India Raya dan Afghanistan  dari 1540 hingga 1555.

Dalam pengembaraannya, Jalaluddin Akbar (penguasa terbesar Moghul) dilahirkan. Karena kemiskinannya, Humayun tidak dapat memberikan hadiah kepada orang-orang yang mengiringi Akbar saat kelahirannya. 

Dia hanya mencipratkan minyak wangi kepada para pengasuhnya, seraya berkata popularitasnya anaknya akan menyebar seperti aroma harum mawar dalam parfum tadi. 

Kesialan Humayun berlanjut. Di Afghanistan, Humayun mencoba merebut kembali Kabul dari saudaranya, Kamran, namun gagal. Dia mundur tergesa-gesa dari Afghanistan sehingga bayinya, Akbar jatuh ke tangan Askari, saudara Humayun, yang bersekutu dengan Kamran. 

Ada tradisi di antara mereka bahwa ketika berebut tahta setelah kematian sang raja, anak-anak tidak akan menjadi kurban dari pertikaian mereka. Askari dan isterinya membesarkan bayi Akbar dengan penuh cinta. Akbar tidak mendapatkan pendidikan formal, namun anak yang cerdas ini mampu menyerap setiap kearifan, nilai dan keberanian orang-orang tua di Hindu Kush.

Ketika hilang semua harapan untuk menang, Humayun berhijrah ke Persia dan disambut dengan baik Tashmasp dari Dinasti Safawi. Kaisar Persia ini melihat kesempatan emas untuk mengubah Hindustan menjadi pusat Syiah Isna Asyariyyah. 

Dia menawarkan bantuan kepada Humayun jika bersedia memeluk Syiah. Humayun menerima bantuan militer, namun tidak jelas komitmennya terhadap Syiah. Lewat bantuannya, dia pertama merebut Kabul. Ketika pengganti Sher Shah Suri saling berebut kekuasaan, dia segera bergerak merebut Agra, ibukota Moghul pertama dan kembali merebut seluruh Hindustan. Humayun kembali menduduki singgasana Babur di Delhi pada 23 Juli 1555. 

Humayun ditakdirkan sebagai pewaris yang malang. Dia tidak memerintah Moghul dalam waktu yang lama. 6 bulan kemudian, dia wafat pada 27 Januari 1556.  

Ketika mendengar panggilan azan saat belajar di lantai atas perpustakaannya, (1556), Raja pecinta ilmu ini bergegas untuk menunaikan shalat jamaah, namun malang dia  terpelesat dan kepalanya membentur anak tangga. Dia meninggal karena luka yang dideritanya. Dia dimakamkan di Delhi dan kekuasaannya digantikan Akbar yang masih berumur 13 tahun. 

Sumber: Prof. Nazeer Ahmed, Jatuh Bangunnya Peradaban Islam Dari Era Sahabat Hingga Imperialisme (Analisis Kritis Sejarah Islam)

About semar galieh

Check Also

Bolehkah Mengakikahi Diri Sendiri Setelah Dewasa?

Fikroh.com – Sebelumnya perlu untuk diketahui, bahwa akikah hukumnya sunah muakadah (sunah yang ditekankan), bukan …