Fikroh.com – Familiar dengan tokoh-tokoh miliarder zaman sekarang? Kebayang ngga, kayak apa wujud mereka 3500 tahun lalu? Nyalakan mesin waktu Anda, saya bawa Anda melanglang buana kesana.
Kalo Anda menyimak betul-betul seri kisah Musa yang lalu, Anda bisa lihat bahwa umumnya saya sangat mengandalkan keterangan dari dua surat, yaitu surat Thaha & surat Qasas. Kedua surat itu membahas secara detil peri kehidupan Musa AS, firaun, dan bani israel. Saya terkesan dengan sambutan pembaca dari seri tersebut, ada yang komen yang menyebut senang dengan kajian “Sirah” dan sejarah.
Lumayan, sirah kan sejarah juga. Tapi ada bedanya. Sirah, adalah “khusus” membahas peri kehidupan Nabi Muhammad SAW. Begitulah para ulama membuat istilahnya. Sedangkan untuk nabi-nabi lainnya, kita menyebutnya “QASAS” atau terjemahnya “Kisah”. Atau boleh juga kita menyebutnya “Tarikh” atau “Sejarah”. Hanya saja, term “Qasas” ini yang dipakai dalam quran ketika menceritakan para Nabi, alaihimussalam. Lihat surat Yusuf misalnya, pada ayat awal, Allah menyebut “Kami kisahkan kepadamu “AHSANAL QASAS””… Yang artinya “Kisah Terbaik”. Karena kisah para utusan Allah memang seluruhnya FULL kisah terbaik. Makanya disebut juga “Qasasul Anbiya'” atau “Kisah para Nabi”.
Buku paling terkenal yang menulis tema ini adalah karya Imam Ibnu Katsir berjudul “Qasasul Anbiya'”. Sudah diterjemah, sila didapatkan. Satu lagi, sebetulnya postingan saya bukanlah bergenre sejarah, sebagaimana pembaca umumnya keliru. Kajian kita adalah tafsir Quran. Saya selalu iringkan tiap keterangan, dengan ayat2 yang mendukung. Sekali lagi, saya akan membahas satu bagian tafsir dari Surat Al Qasas.
Kenapa bahasan ini diangkat? Bahasan ini pernah disampaikan Guru kami, Syekh Mohammed Mansour, pada salah satu khutbah Jum’atnya sekitar 8 tahun lalu. Beliau adalah seorang Engineer Jerman, dari keturunan keluarga ulama di Maroko, yang migrasi ke Jerman dan menjadi Imam di Mesjid tersebut. Bacaan Qurannya menakjubkan. Anda kayak tau2 “switch” ke dimensi lain ketika mendengar bacaan dengan qiraat WARSY. Ini adalah satu cabang qiraat “tujuh” yang cuma eksis di wilayah afrika seperti aljazair, maroko, tunisia, dan sekitarnya. Saya bertahun-tahun jadi bermakmum pada imam dengan qiraat warsy.
Saya selalu terkenang uraiannya setiap jumatan itu. Beliau ini khutbah bisa 1 jam panjangnya, dengan bahasa arab yang fasih. Jamaah memang umumnya berasal dari berbagai negara berbahasa arab, tapi dialek mereka lain-lain. Bahasa arab quran ini jadi pemersatu dialek-dialek berbeda tersebut.
Satu jam itu isinya, dia kompilasi ayat-ayat quran serta hadits-hadits yang mendukung tema khutbah hari itu. Puluhan hadits dibacakan dari hafalannya tiap khutbah. Dan temanya selalu beda tiap pekan. Jadi kita pun sadar, beliau ini hafal ribuan hadits. Begitu dia masuk mimbar, mesjid sudah penuh. Ga ada jamaah mau ketinggalan khutbah beliau. Saya ga ketemu bandingan beliau ini di negeri kita.
Darinya, kita menyerap banyak sekali pengetahuan tentang tafsir dan kisah-kisah terdahulu. Dan satu yang paling berkesan adalah kisah “THE CRAZY RICH EGYPT“. And this is the story…
“Inna Qaruna KAAANA min qaumi Musa..” (Qasas: 76). “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka…” Siapakah Qarun? Para ulama mendiskusikan orang ini. Ada yang mengatakan bahwa dia merupakan sepupu Musa, karena ayah mereka adalah saudara kandung. Dengan demikian, Qarun merupakan warga Bani Israel.
Tapi ada yang mengatakan bahwa Qarun ini justru merupakan Bani Qibti (koptik), orang Mesir tulen non Bani Israel, yaitu bangsanya Firaun. Kita sudah membahas bahwa bangsa inilah yang memperbudak Bani Israel setelah era Nabi Yusuf AS berlalu 400 tahun sebelumnya.
Alasan mereka ngga mungkin Qarun ini dari Israel.. karena Israel kan saat itu bangsa budak, koq bisa kaya raya? Klo ada budak yang kaya, tentu akan dirampas kekayaannya oleh bangsanya Firaun. Makanya, makna “QAUMI MUSA” dalam ayat diatas adalah “berasal dari Umat Nabi Musa” secara umum. Karena Nabi Musa diutus kepada dua golongan, yaitu untuk Bani Israel dan juga Firaun beserta pengikutnya. Tapi jumhur menguatkan pandangan bahwa Qarun sebagai Bani Israel. Ini satu pandangan.
KAANA min qaumi Musa…. Kenapa pakai KAANA di penggalan ayat tersebut? KAANA dalam bahasa arab ini memberikan kesan “PAST TENSE”, bentuk lampau.. sesuatu yang telah terjadi. Lawannya adalah PRESENT TENSE dan FUTURE TENSE, yang diistilahkan dengan Fi’il Mudhari. Bukankah kisah para Nabi semuanya sudah berlalu? Tetapi, cuma diayat ini saja kisah Nabi2 ini disebut dengan ungkapan KAANA.
Artinya sebetulanya kurang lebih… “Adalah Qarun ini “DULUNYA” merupakan kaumnya Musa”…. Fa bagha alaihim, “lalu dia berbuat aniaya terhadap mereka (bani israel)…”, yang ngga lain menganiaya bangsa dia sendiri. Jadi dia “dulunya” adalah kaumnya Musa. He WAS one of them. Tapi dia murtad!!
Saya teringat penggalan kisah dalam the X-Men Origin… Dimana Magneto menyindir orang-orang yang bukan mutant dengan ungkapan “You are not ONE OF US!!”
Tapi pada akhir cerita, Magneto ini ketimpa omongannya sendiri. Dia kena suntik Wolverine, satu injeksi yang menyebabkan dia kehilangan seluruh kekuatannya. Dengan terbata-bata dia mengatakan…
Magneto: Oh, I am not…..
Logan: One of Us??!!
Soal lain… kisah Qarun ini terjadi pasca tenggelamnya Fir’aun di laut Merah, atau jangan-jangan justru jauh sebelum itu? Jika kita katakan kisah ini terjadi setelah peristiwa laut merah, kita tahu bahwa Bani Israel setelahnya terjebak tinggal selama 40 tahun di wilayah padang pasir Thursina. Ini betul-betul musykil, gimana bisa orang itu bisa ngumpulin emas, permata dan harta kekayaan dalam jumlah segede itu ditengah wilayah tandus yang ngga ada apa-apa disana??!!
Bani Israel sampai memohon kepada Musa AS agar meminta air kepada Allah, sehingga Musa pukulkan tongkatnya ke tanah itu, lalu memancar 12 mata air. Kelar urusan air, makanan mereka pun turun harus diorder dari langit, berupa “Manna & Salwa”. Ga ada apa-apa di padang pasir itu.
Jadi kemungkinan peristiwa Qarun ini terjadi sebelum peristiwa membelah laut merah. Diperkuat dengan surat Ghafir, “(23) Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, (24) kepada Fir’aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: “(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta”. Jelas… Qarun merupakan kroni dari Fir’aun. Mereka bersatu dalam mengolok-olok Musa sebagai tukang sihir.
Qarun… awalnya seorang Primus (pria muslim), orang saleh, banyak bener dia ibadah. Tapi kismin, ngenes, anak banyak, dekil, and the kucel. Hutang juga ga keitung. Rupanya ga tahan dia jadi orang susah. Dan doanya biar cepat kaya ga juga terkabul.
Lalu datanglah dia kepada Musa, sepupunya. Musa pun mengenal sepupu ini sebagai orang soleh. Permintaan Qarun pada Musa singkat saja. Dia tahu doa para Nabi itu mustajab. Dia minta supaya nasibnya berubah, supaya Allah beri dia kekayaan.
Ragu nabi kita ini awalnya. Miskin maupun kaya, dua-duanya ujian. Ada orang miskin saleh, tiba-tiba dia kaya terus kufur. Dan banyak juga orang kaya, pas jatuh miskin dia pun kufur. Tapi Qarun betul-betul mengiba dengan sangat. Ga sampai hati Musa tidak mengabulkan permintaannya.
Doa Nabi kita mustajab. Ngga lama, hutang-hutang Qarun terbayar. Gubuknya yang segede kandang burung, naik perlahan jadi tipe 21, 36, 45, sampai akhirnya tanahnya berhektar-hektar. Hartanya nambah berlipat dalam hitungan detik. Persis milyuner zaman sekarang.
“dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat d
ipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat…” (Qasas: 76)
Quran ngga nyebut harta-hartanya berat dipikul… bahkan ini baru kumpulan kunci peti-petinya aja sodara-sodara. Puluhan ribu kunci peti harta kudu dipikul gerombolan binaragawan. Bijimana dengan total isi peti hartanya??!!
Itu kumpulan kuncinya, konon mesti diangkut pakai 60 ekor baghal. Tau baghal? Ingat bahasan isra mi’raj kita yang lalu tentang gambaran buraq, yang ukurannya seperti baghal? Baghal ini binatang mix antara kuda dan keledai.
Idz qaala lahu qaumuhu laa tafrah…. ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri”. Secara teks, “laa tafrah” artinya “jangan bergembira”.
Para ahli tafsir mengatakan, “kaumnya” yang dimaksud adalah orang-orang saleh dari kaumnya yang menasehati dia. Ga semua menasehati kayak gini. Karena memang, tiap kaum itu mesti ada dua macam isinya. Ada yang saleh dan ada yang tidak. Tidak luput juga bangsa jin, dimana mereka mengatakan “Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya.” (Al Jin: 11)
Jarang kang kita misal satu komplek perumahan, isinya orang soleh semua.
Trus, emangnya dosa ya orang itu bergembira? Kenapa dilarang bergembira? Ini juga jadi bahasan para ahli tafsir. Sebetulnya, gembira itu tidak mutlak dilarang. Dalam surat Ali Imran disebutkan tentang kegembiraan mereka yang gugur di jalan Allah, “farihiina bimaa aataahumu allaahu min fadhlihi”, Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya. Bahkan Nabi pun bergembira dengan banyaknya umat beliau di hari kiamat.
Bahkan ada kegembiraan yang dianjurkan, “Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.” (Yunus: 58).
Kegembiraan yang dilarang adalah kegembiraan yang berujung kepada ujub, pamer, sampai menampakkan kemegahan diri dengan merendahkan orang lain, yang membawa kepada kesombongan.
Kenapa ada kisah Qarun di surat Qasas ini? Perhatikan, surat Qasas ini dibuka dengan kisah Firaun, yang dia ini adalah sejelek-jeleknya orang yang dikasih KEKUASAAN. Lalu penutup surat ini adalah kisah Qarun, yaitu sejelek-jeleknya makhluk yang dikasih HARTA.
Dua pribadi ini, satunya tenggelam ditelan air laut. Satunya jasadnya terbenam dikedalaman bumi lapis ke tujuh. Dua-duanya binasa, kekuasaan dan harta tidak mampu membuat mereka mengapung lama di daratan. Tapi pribadi-pribadi mereka gentayangan sampai zaman kita sekarang. Kita ungkap borok mereka pada postingan selanjutnya, insya Allah.
BERSAMBUNG…
Oleh: Zico Pratama Putra