FIQIH SHALAT GERHANA (13)
Kadar Durasi Panjang-Pendeknya tiap Gerakan Salat Gerhana
✓ Pada bacaan surat (setelah Al-Fatihah) pada berdiri pertama pada rakaat pertama, maka al-Imam Syafi’i rahimahullah menyebutkan durasinya adalah :
ثُمَّ يَقْرَأَ فِي الْقِيَامِ الْأَوَّلِ بَعْدَ الِافْتِتَاحِ بِسُورَةِ الْبَقَرَةِ إنْ كَانَ يَحْفَظُهَا أَوْ قَدْرِهَا مِنْ الْقُرْآنِ إنْ كَانَ لَا يَحْفَظُهَا
“Lalu pada waktu berdiri pertama setelah membaca doa iftitah, membaca surat Al-Baqarah jika menghapalnya atau seukuran yang setara dengannya dalam surat lainnya, jika ia tidak hapal Al-Baqarah.”
✓ Durasi ruku’ pertama, menurut keterangan al-Imam adalah :
وَيَجْعَلَ رُكُوعَهُ قَدْرَ مِائَةِ آيَةٍ مِنْ سُورَةِ الْبَقَرَةِ
“Jadikan ruku’nya, seukuran 100 ayat dari surat Al-Baqarah.”
✓ I’tidal pertama, al-Imam Syafi’i menetapkan adanya i’tidal pertama ini, sedangkan sebagian ashab beliau mengatakan tidak ada i’tidal pertama, sehingga ketika bangkit dari ruku’, bacaannya adalah “Allahu Akbar”, lalu langsung membaca surat. Namun bagi yang menetapkan dan ini sesuai dengan sebagian riwayat, maka membaca “Sami’a Allahu liman hamidah” ketika bangkit dari ruku’, kemudian i’tidal sebentar dengan membaca, “Rabbanâ laka al-hamdu” atau zikir i’tidal lainnya. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah ketika mengomentari tambahan zikir diatas (via islamqa), beliau berkata :
واستدل به على استحباب الذكر المشروع في الاعتدال في أول القيام الثاني من الركعة الأولى.
“Diambil darinya atas dianjurkannya zikir yang disyariatkan pada saat i’tidal pada waktu awal berdiri yang kedua setelah pada rakaat yang pertama.”
✓ Berdiri kedua dengan membaca surat yang menurut al-Imam Syafi’i durasinya adalah :
ثُمَّ يَقْرَأَ بِأُمِّ الْقُرْآنِ وَقَدْرِ مِائَتَيْ آيَةٍ مِنْ الْبَقَرَةِ
“Lalu membaca Al-Fatihah dan surat seukuran 200 ayat dari surat Al-Baqarah.”
✓ Ruku’ yang kedua, durasinya menurut al-Imam :
ثُمَّ يَرْكَعَ بِقَدْرِ ثُلُثَيْ رُكُوعِهِ الْأَوَّلِ
“Kemudian ruku’ dengan ukuran dua pertiga ruku’ yang pertama (sekitar bacaan 75 ayat surat Al-Baqarah, pent.)
✓ I’tidal yang kedua, sama seperti I’tidal yang pertama, bagi yang tidak memanjangkannya. Sebelumnya asy-Syaikh al-Albani rahimahullah menemukan riwayat yang I’tidalnya panjang, kemudian disambung juga dengan doa, seperti layaknya qunut dengan mengangkat tangan.
✓ Sujud pertama, al-Imam Syafi’i tidak menyebutkan durasi sujudnya, seolah-olah beliau berpendapat tidak dipanjangkan sujudnya, namun telah berlalu keterangannya dalam sebuah riwayat bahwa Nabi memanjangkan sujudnya dan kira-kira durasinya sebagaimana dikatakan oleh al-Imam Abul Abbas dari kalangan mazhab Syafi’i yang dinukil oleh al-Imam Abu Ishaq asy-Syairaziy yaitu :
يطيل السجود كما يطيل الركوع
“Memanjangkan sujudnya sebagaimana ketika memanjangkan ruku’ (seukuran 100 ayat, pent.).”
✓ Duduk diantara dua sujud, asy-Syaikh al-Albani rahimahullah menemukan riwayat yang dibaca dengan panjang juga. Adapun ukurannya, maka sependek pengetahuan kami, belum mendapatkan keterangan dari para ulama terkait hal ini. Penulis (Abu Sa’id) sudah mencoba bertanya kepada Syaikhunâ, namun beliau memilih pendapat bahwa duduk diantara dua sujud tidak dipanjangkan. Barangkali kami dapat mengajukan kaedah umum dalam salat bahwa masing-masing gerakan itu adalah seimbang, sebagaimana dalam riwayat Shahihain dari al-Barâ` bin ‘Âzib radhiyallahu anhu :
فَسَجْدَتَهُ، فَجَلْسَتَهُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ، فَسَجْدَتَهُ، فَجَلْسَتَهُ مَا بَيْنَ التَّسْلِيمِ وَالانْصِرَافِ، قَرِيبًا مِنَ السَّوَاءِ.
“Sujudnya, duduk diantara dua sujud, lalu sujud (keduanya)….itu ukuran (lamanya) hampir mirip.”
Oleh sebab itu, panjangnya duduk diantara dua sujud seukuran sujud pertama.
✓ Sujud kedua, jika dipanjangkan ukurannya adalah dibawah sujud pertama atau seukuran ruku’ yang kedua berdasarkan qiyas dari pendapatnya al-Imam Abul Abbas rahimahullah diatas.
✓ Berdiri pertama pada rakaat kedua, al-Imam Syafi’i rahimahullah menyebutkan kadar lamanya :
ثُمَّ يَقُومَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ فَيَقْرَأَ بِأُمِّ الْقُرْآنِ وَقَدْرِ مِائَةٍ وَخَمْسِينَ آيَةً مِنْ الْبَقَرَةِ
“Lalu berdiri pada rakaat kedua, lalu membaca Al-Fatihah dan surat seukuran 150 ayat surat Al-Baqarah.
✓ Ruku’ yang pertama pada rakaat kedua ini, disebutkan durasinya oleh al-Imam :
يَرْكَعَ بِقَدْرِ سَبْعِينَ آيَةً مِنْ الْبَقَرَة
“(Lalu ruku’) dengan ukuran 70 ayat surat Al-Baqarah.”
✓ I’tidal pertama pada rakaat kedua sama seperti pada rakaat pertama, tidak dipanjangkan menurut kebanyakan ulama.
✓ Berdiri kedua, durasinya disebutkan oleh al-Imam :
ثُمَّ يَرْفَعَ فَيَقْرَأَ بِأُمِّ الْقُرْآنِ، وَقَدْرِ مِائَةِ آيَةٍ مِنْ الْبَقَرَة
“Lalu bangkit dari ruku’, lalu membaca Al-Fatihah dengan ukuran 100 ayat surat Al-Baqarah.”
✓ Ruku’ kedua dengan durasi sebagaimana yang disampaikan oleh al-Imam :
ثُمَّ يَرْكَعَ بِقَدْرِ قِرَاءَةِ خَمْسِينَ آيَةً مِنْ الْبَقَرَة
“Kemudian ruku’ dengan ukuran bacaan 50 ayat surat Al-Baqarah.”
✓ Sujud pertama dan duduk diantara dua sujud pada rakaat kedua, seukuran ruku’ pertama pada rakaat kedua, berdasarkan qiyas dari perkataan al-Imam Abul Abbas rahimahullah.
✓ sedangkan sujud keduanya, seukuran ruku’ kedua pada rakaat kedua.
✓ kemudian Tasyahud dan salam, maka tidak ada satu pun keterangan baik dari riwayat hadits maupun para ulama -sependek pengetahuan kami- yang memanjangkannya, sehingga ukurannya sebagaimana salat pada umumnya.
Wallahu Ta’âlâ A’lam bish-Shawâb.
Abu Sa’id Neno Triyono